Monday, September 18, 2017

#CurhatanBukIbuk: Jadi Ibu dan Perempuan Kok Begini Ya???

Source: Pinterest

motherhood is a choice you make everyday, to put someone else' happiness and well being ahead of your  own, to teach the hard lessons, to do the right thing even when you're not sure what the right thing is... and to forgive yourself, over and over again, for doing everything wrong.
 -Donna Ball-



Oke, sebelumnya aku mau nyampein kalau ini murni curhatan buk-ibuk baru dan galau. Sering jadi korban tapi juga nyadar malah sering jadi pelaku. Wkwkwk... jadi ini ngga ada cerita baper-baper-an. Nggak nyindir sana-sini. Mungkin lebih tepatnya ini adalah catatan untuk diri sendiri aja,atau bisa jadi ini untuk pengingat biar tidak melakukan dosa yang sama. LOL.

Selama menjadi ibu ada beberapa hal yang aku rasa kok susah banget ya nerima dan masukin ke akal sehat. Mulai dari perilaku orang kepada kita, khususnya karena posisi sebagai ibu baru. Banyak perkataan dan perbuatan yang rasanya susah banget untuk dimaklumi. Yang sering jadi penyebab untuk mikir. Duh.. jadi ibu dan perempuan ini kok begini amat yak???Why oh why??
Entahlah, entah karena pengaruh hormon atau memang empati diantara kita sepertinya sudah sangat mahal dan susah sekali didapat. Langka.

Stop dari diri sendiri
Seperti yang aku sebutin di atas, terkadang kita menjadi korban, tapi pasti juga kita sering menjadi pelakunya.sadar ataupun tidak sadar, sengaja maupun tidak sengaja. Mirisnya masalah empati ini justru sangat susah didapat justru dari kita sesama perempuan, khususnya sesama ibu. Kenapa kita ini ya moms? kok sepertinya mudah sekali untuk menjatuhkan satu sama lain? menyudutkan satu sama lain hanya untuk menunjukan posisi kita lebih baik. Kenapa kok perempuan nyinyirin perempuan? Kenapa?

Oke mungkin kita khilaf. Kesibukan dan kelelahan bisa jadi membuat kita melakukan hal-hal yang diluar batas kesadaran kita. Mungkin kita nggak niat. Tapi ketika semua sudah terjadi. Ingat. Sadar. Akui. Rubah!

Hello Empati
Hilangnya empati ini gampang banget kelihatannya moms. Sepatah dua patah kata yang keluar dari mulut kita saja bisa menunjukan betapa minimnya stock empati kita. Beribu-ribu artikel dengan judul "jangan ucapkan ini pada ibu baru" atau "lebih baik diam daripada berkomentar seperti ini kepada ibu yang baru melahirkan" dan beribu-ribu kali juga kita share di akun media sosial kita. Sayangnya, beribu-ribu kali juga kita lupa untuk mengamalkannya.

Rasanya sulit sekali mendapat pengertian justru dari kita sesama perempuan. Sama-sama seorang ibu. Lantas jika tidak sesama kita siapa lagi yang bisa saling mengerti? Mungkin kita tidak mengalami hal yang persis sama, tapi apa sulit bagi kita untuk memposisikan "bagaimana jika aku di posisi dia?" 

Bullying tanpa niat
Nggak jarang malah masalah ini terlihat seperti ajang "kasih saran" atau "ngasih tahu"  yang ujung-ujungnya lebih menjurus menjadi siklus bullying. Dimana si-senior ngomentarin si junior dengan penekanan maksud "kamu salah aku benar". Lalu ketika si junior jadi senior dia mengulang siklus yang sama. Lalu begitu dan begitu terus. Lalu terjadilah kebiasaan dan budaya yang tidak sehat ini.

Motherhood is not a competition
Moms, kita sering lupa kali ya kalau menjadi ibu itu memang sebuah perjalanan, petualangan. Tapi bukan kompetisi. Kita tidak tengah mengikuti ajang apapun. Tidak ada penilaian mutlak oleh dewan juri mana pun. Juri kita adalah anak kita masing-masing. Dan hadiahnya adalah kebahagian anak dan keluarga kita. Itu semua kita dapatkan secara personal. Hanya antara internal keluarga kita saja, suami, dan anak-anak kita. Simpel.

Tapi kadangan kita suka bikin repot sendiri ya. Mikirin bagaimana pendapat orang yang jauh banget kaitannya sama kita. orang-orang yang sebenarnya nggak ngaruh-ngaruh banget hidupnya buat kita. Tapi kita perduli untuk menunjukan sesuatu kepada dia. untuk apa? Entah lah, mungkin untuk sebuah...pengakuan! Pengakuan yang paling jujur sebenarnya sudah kita dapat dari kecupan mesra suami (pak bapak tolong camkan ini!! Wkwk), pelukan hangat dan tulus dari anak.

Source: Pinterest

Working Mom VS Stay At Home Mom
Kalau ini sih sepertinya orang lain aja yang heboh banget banding-bandingi. Kalau si ibu-nya sendiri nggak masalah, contohnya aku. Sebagai ibu yang stay di rumah aku nggak punya hard  feeling , tersaingin atau terancam dengan ibu pekerja. Seriusan. Walaupun kalau disuruh milih, untuk saat ini  aku lebih memilih untuk tetap di rumah. Dirumah juga bukan berarti nggak ngapa-ngapain ya. Banyak ibu yang bekerja dari rumah sembari menjalankan rutinitas rumah tangga. Salah satunya dagang online kayak yang aku lakuin.

Dan, untuk ibu pekerja juga bukan berarti mereka buruk. Lebih memilih mendapat penghasilan dibandingi dampingi anak. Setiap orang punya pilihan sendiri yang alasannya tidak sesimple kedengarannya. Kita harus ingat setiap orang punya hak dan alasan yang nggak bisa kita campuri, karena kita nggak akan bisa masuk dalam logika berpikirnya. Karena keadaanya berbeda.

Aku aja kadang sering ngebayangi gimana ya kalau aku kerja dan ninggalin si bos kecil? Ngebayanginnya aja hati ini udah meringis. Bukan tidak percaya dengan orang yang akan dititipkan anak kita. Tapi nyawa ini seperti hilang setengahnya. Hampa. Pergi sebentar aja kepasar dan ninggalin anak yang lagi tidur rasanya galau minta ampun. Mau bayar belanjaan aja jadi linglung-linglung. Jadi walaupun tidak bekerja aku bisa membayangkan betapa beratnya menjadi ibu yang bekerja. Badan dimana, hati dan pikiran entah dimana.

Jadi rasanya miris sekali kalau ada orang yang mengkategorikan kualitas seorang ibu dari pekerjaanya. 

Beda Jaman Beda Cerita
Ini tuh paling lekat dan sering kali ya terjadi.

"Is kok kayak gitu?"
"Jamanku dulu nggak gitu"
"Aneh-aneh aja jaman sekarang"

Kaget boleh. Tapi nggak perlu sinis juga kan. Namanya jaman semakin maju. Ilmu pengetahuan semakin berkembang. Ya wajar kalau banyak inovasi. Yang penting tuh dasar dan landasannya jelas.

Buat yang nggak terima atau kaget, mungkin ini adalah waktunya untuk nyari tahu. Belajar hal baru.

Kita Semua Sedang Belajar
Nyambung dari yang di atas ya. Ibu baru atau ibu lama itu bukan masalah siapa lebih baik atau lebih buruk. Lebih cerdas atau nggak. Ya itu tadi. Namanya beda jaman. Beda dong ceritanya. Intinya kita semua sama-sama belajar.

Nggak rugi kok kalau belajar terus. Nggak rugi juga kalau belajarnya dari orang yang lebih tua dari kita. Yang kita pikir kuno. Nggak salah juga belajar dari orang yang lebih muda dari kita. Yang kita pikir ilmunya masi cetek.

Bukibuk juga harus upgrade wawasannya. Karena kita punya murid abadi yang akan belajar seumur hidup sama kita. Siapa? Anak kita sendiri.

Pelukan yuk Moms..
In the end... Aku cuma mau bilang. Yuk ah moms kita pelukan. Ada lelah yang sama yang kita rasakan. Ada kecemasan yang sama yang membuat sifat dan sikap kita jadi kalut. Ada kepedihan bersama yang membuat kita hati kita membatu. Jangan sampai tekanan yang kita dapatkan menggerus hati kita. Melemahkan kualitas kita sebagai manusia. Justru ini sebagai kesempatan untuk merefleksikan diri besar-besaran.

Yuk ya.. kita damai-damaian. Situ benar. Tapi saya punya cara sendiri. Keluarga situ bahagia. Keluarga saya happy.

XOXO
♥Madamabi♥

No comments:

Post a Comment

Hai. Terimakasih sudah membaca postingan ini. Silahkan memberi komentar yang baik dan tentu saja sopan ya dear. 😘

Review: Tavi Urban Shield 3 In 1 Super Fine Mist

Face mist adalah salah satu produk skincare yang menurutku experiencenya selalu menyenangkan dan cukup memanggilku sebagai si pemilik kulit ...