![]() |
SOURCE |
Katanya SEHAT itu adalah HARTA yang paling berharga, kalau versi keluarga cemara sih keluarga lah harta yang paling berharga ya? Nah, kalau versi aku, Yup! Sehat dulu baru bisa menikmati indahnya bersama keluarga. Sayangnya, nyadar hal-hal kayak gini pas udah kenak batunya dulu. Sebelumnya-belumnya ah.. doamat.
Nah, jadi ceritanya begini. Minggu lalu aku dikasih Tuhan ujian yang sepertinya simpel tapi sangat berarti bagi aku. Apa itu? Aku sakit! Demam, tulang linu-linu, flu dan batuk. Sakit ringan sih. Tapi jadi tidak seringan itu kalau kita punya anak bayi yang sangat bergantungan sama kita. Nggak semudah minum obat terus udah, kelar. Nggak. Nggak segampang itu ya bok.
Saat sakit seperti ini yang menyiksa itu bukan hanya menahan nggak enaknya badan atau sakitnya tenggorokan. Tapi yang paling menyiksa itu adalah harus menjaga jarak sama anak yang jelas nggak bisa jauh dari maknya. Entah karena ikatan yang begitu kuat antara ibu dan anak, atau emang karena sakit jadi semua lebih kerasa beratnya. Instruksi dokter untuk "banyak-banyak istirahat buk" sepertinya cuma bisa ditelan lebih sering dari obat yang diberikan. Mau sekali ya istirahat, eh tapi... Anak minta digendong disaat suhu badan lagi tinggi-tingginya. Anak minta ditemani main mobil-mobilan disaat tulang lagi linu-linunya dan minta segera dibaringkan. Belum lagi sekret yang menumpuk di tenggorokan minta dibuang ketika sedang menyusui dan anaknya lagi tidur nanggung. Dilepas nanggung, diteruskan... ya ampun! Bingung!
Dan, yang paling ditakutkan ketika seorang Ibu sakit adalah. Menulari anaknya. Dan anakku si Bang Abi tertular lebih cepat dari prediksiku. Dia terlular disaat maknya belum sembuh betul. Jaga anak yang sehat disaat ibu juga sehat itu aja rasanya udah masyaallah. Lalu menjaga anak yang sehat disaat si ibu sakit itu udah mulai netesin air mata. Sekarang giliran menjaga anak yang sakit disaat si ibu juga sakit. Allahu Akbar. Bukannya kenapa-kenapa yah, tapi takutnya nggak bisa aja total ngerawat anak sakit disaat kita juga nggak fit. Kalau nggak total, takutnya jadi makin parah dan berdampak buruk buat riwayat kesehatan si anak. Dan memang, ngerawat anak disaat sakit itu rasanya ancur-ancuran parah Moms. Kayak nggak jelas arah tujuan mau gimana dan harus gimana.
Ini adalah pengalaman pertama dan terparah aku sakit dan ngerawat anak yang sakit disaat badan sendiri juga sakit. Setelah sembuh aku mikir dan sadar ada beberapa hal yang dengan cerobohnya aku lakukan sampai-sampai sakitku agak lama sembuh dan nularin si-anaknya.
1. Nggak bisa nahan diri nggak nyium anaknya
Disaat sakit kita pasti butuh sumber kekuatan lebih kan. Sebagai seorang istri dan ibu sumber kekuatannya pasti suami dan anak. Karena lebih sering jumpa anaknya karena bapaknya kerja, udah pasti sianak jadi sasaran empuk untuk diunyel-unyel agar badan ini lebih semangat dan segera pulih. Tahu dan paham sih, nyium-nyium, meluk-meluk, dan ngunyel-ngunyel anak pas lagi sakit adalah proses penularan penyakit paling ampuh. Tapi tetap aja ngeyel mikirnya "halah.. dikit aja" "insyallah anaknya kuat kok" bandel amat ya buk-ibuk satu ini? Maapin mama ya Bang Abi.
2. Sok kuat dan belagak sehat
Kalau ini, sehat nggak sehat, sakit nggak sakit aku orangnya emang sok kuat. Sok jago. Kerjaan harus siap teng jam segini. baju sudah terjemur teng jam segini. Anak udah makan teng jam segini (padahal belum tentu juga anaknya laper). Tapi lupa kalau diri sendiri belum sarapan. Sengaja ngulur-ngulur waktu makan siang yang ujung-ujungnya jadi disatuin sama jam makan malam. Ini tuh salah satu hal yang mau dimanage kearah yang lenih baik. Wkwkwk. Tapi sialnya justrupas lagi sakit gini, hal-hal kayak gini nggak bisa ilang juga dari aku. Masih aja bandel. Padahal udah dikasih penyakit biar sadar yah, kalau badan juga butuh ruang untuk bernapas. Pikiran butuh kesempatan untuk santai. Pokoknya buk-ibuk kita sayangin jiwa raga kita yuk. Berbaik hati sedikit sama badan.
3. Nggak memanfaatkan waktu istirahat dengan baik
oke, kalau siang udah lah ya. Harus pinter-pinter dan kuat-kuat aja ngerawat anak sendiri karena bapaknya kerja. Alhamdulillah bapaknya tipe suami tanggap siap siaga yang paham kondisi istri. Pulang kerja segera beberes dan ambil alih urusan anak dan mempersilahkan istrinya istirahat dikamar. Tapi ya, emang tabiat buk-ibuk jaman kini, bukannya istirahat, tidur, ngecharge semangat dan batre tubuh, malah kepoin sosmed. Wkwkwk.
4. Nggak meningkatkan sistem imun si anak
Sering banget kepoin akun IG mommie-mommie Instagram dan sering banget dibahas tips-trick sampai produk apa yang digunakan untuk meningkatkan sistem imun anak disaat darurat tapi lupa untuk mempraktekinnya. Nah, ini penting ya buk-ibuk. Aku catat banget ini, seandainya nanti masuk dalam situasi seperti ini untuk yang kedua kalinya, aku harus meningkatkan kondisi imun si Bang Abi. Biar apa? Biar nggak ketularan lah.
5. Overthingking
Dalam kondisi fit aja aku itu tipe ibu yang overthingking. Oke, aku overthingking dalam segala hal. khususnya, anak. Segala hal dipikirin seolah-olah bakalan terjadi dan pasti akan terjadi. Contoh ke-overthingking-an-ku saat sakit kemarin.
"Aduh gimana kalau sampai opname? Anaknya gimana?"
"Aduh kalau kita berdua opname gimana? Ah tidak.. tidak.. *sinetron mode on*
"Sanggup nggak ya nanti malam begadang kalau anaknya rewel malam? Ya ampun, nggak sanggup!"
Masih banyak ke-overthingking-an lainya yang sebaiknya ga usah di tulis semua ya. Nggak sehat buat yang baca, Hahayyy...
Disatu sisi mungkin bikin aku jadi siap dan bisa mengantisipasi hal-hal yang genting. Tapi seringnya parnoan dan stress sendiri. Wkwkwk. Lain kali aku harus memasukan relaksasi atau yoga dalam terapi kesembuhanku kalau sakit. Hahaha. Harus banyak-banyak relaksasi. Lemesin pikiran shay.
"Aduh gimana kalau sampai opname? Anaknya gimana?"
"Aduh kalau kita berdua opname gimana? Ah tidak.. tidak.. *sinetron mode on*
"Sanggup nggak ya nanti malam begadang kalau anaknya rewel malam? Ya ampun, nggak sanggup!"
Masih banyak ke-overthingking-an lainya yang sebaiknya ga usah di tulis semua ya. Nggak sehat buat yang baca, Hahayyy...
Disatu sisi mungkin bikin aku jadi siap dan bisa mengantisipasi hal-hal yang genting. Tapi seringnya parnoan dan stress sendiri. Wkwkwk. Lain kali aku harus memasukan relaksasi atau yoga dalam terapi kesembuhanku kalau sakit. Hahaha. Harus banyak-banyak relaksasi. Lemesin pikiran shay.
Intinya ya buk ibuk-ibuk sehat itu bahagia kaleee. Menjaga anak disaat kita berdua sama-sama sehat itu anugerah sekaleee. Aku tuh sampai ngenes berkali-kali lho waktu itu. Ya ampun, kenapa ya waktu sama-sama sehat sempat gondok kalau anaknya aktif nggak ketulungan? Kenapa ya waktu sama-sama sehat males-malesan dan kurang semangat karena alasan capek? Seburuk apapun kondisi yang biasa aku jalani, rasanya nggak ada yang lebih buruk dari sakit dan anak sakit. Kami berdua sakit. Minta-minta nih sama Tuhan, semoga itu untuk terakhir kalinya aku sakit dan anaknya sakit. Amin.
Baiklah, segitu aja deh cerita sakit dan ungkapan rasa syukur aku setelah sehat. Pokoknya buk-ibuk tetap semangat. Capek itu tetap nikmat lho, asal badan kita sehat. Karena kalau udah sakit, mau kata dikasih waktu istirahat seminggu full-pun tetap aja nyiksa karena nggak bisa leluasa ngerawat anak. Pikiran bakalan bercabang seratus.
Maapkan aku nggak punya tips atau trick apapun dalam hal merawat anak disaat kita sakit, karena aku jelas fail dalam hal ini. Wkwkwkwk. Tapi kalau buk-ibuk punya cerita dan pengalaman serupa, boleh yuk share di kolom komentar ya.
XOXO
Madamabi___
No comments:
Post a Comment
Hai. Terimakasih sudah membaca postingan ini. Silahkan memberi komentar yang baik dan tentu saja sopan ya dear. 😘