Tuesday, January 23, 2018

Memberikan Gadget Pada Anak Di Usia Dini. Yay or Nay?

Holla. 

Sebenarnya blogpost dengan judul serupa udah pernah aku publish sebelumnya. Bahkan sudah di share kemana-mana dan mendapat feed back dari pembaca. Malangnya, entah gimana bisa tetiba lenyaps. Hilang tanpa jejak. Seingat aku sih aku pernah delete draft dengan judul seperti postingan ini di aplikasi blogger di android. Eh tapi malah postingan yang udah di share malah hilang. Siapa yang pernah error begini tunjuk tangan? *cari kawan*

Tapi, berhubung temanya adalah hal yang sering jadi pergolakan batin buk-ibuk, ya udah lah aku tulis lagi. Sedihnya ini ga ada file pertinggalnya selain di blog. Reminder sih buat aku agar nggak lupa ngopy postingan blog.

Oke, kita langsung bahas aja ya tentang memberikan gadget pada anak. Yay or nay?

Aku di tim mana?

Aku di tim yay! 
Tapi.. Ada beberapa alasan dan catatan yang bisa membuat aku berubah ke tim nay!


Bukan.  Bukan plin-plan. Tapi mungkin agak ketat dan bersyarat untuk urusan pemberian gadget pada anak ini.

Jadi aku memberikan gadget pada Bang Abi ketika dia berusia sekitar 1 tahun 6 bulan kalau nggak salah. Dan pemberian gadget kepada Bang Abi hanya sebatas melihat video edukasi di You Tube. Cuma itu. Sampai sekarangpun masih begitu.


Aku memposisikan menonton you tube untuk Untuk Bang Abi sebagai media pembelajaran. Sama halnya ketika aku memberikan dia buku bergambar.

Untuk urusan waktu juga aku pantau ketat. Tidak lebih setengah jam sekali nonton. Bahkan Bang Abi juga nggak pernah full mantengin layar hp sampai setengah jam. Itu hanya catatan batas toleransi waktu terlama yang aku terapkan aja. Dalam sehari tidak lebih dari 4 kali nonton. Yang paling penting adalah, ketika dia ngegadget selalu aku temani. Aku berada di sampingnya. Sambil ikut berpartisipasi dalam tontonannya. Misalnya dia lihat video lagu anak. Ya aku ikut nyanyi. Ikut gerak-gerakin badan. Hubungan antar ibu dan anak tetap ada. Tetap ada komunikasi dua arah. Nggak seenaknya, neh hp mama mau bobok cantik dulu. Ya nggak begitu say.

Ada juga aturan no gadget di tempat umum dan ketika dalam acara keluarga atau ketika berada di tengah orang ramai. Dalam situasi begitu, Bang Abi ya tetap harus membaur sama lingkungan. Tetap harus bersosialisasi. Harus paham tempat dan situasi. Tahu sikon lah.

Jadi aku nggak memberlakukan sistem nih gagdet biar kamu ga rewel. Ya kalau rewel di peluk. Ditenangin. Dan kalau rewelnya karena minta gadget, ya tetap dijelaskan. Dijelaskan kenapa tidak boleh. Histeris? Peluk dan elus kepalanya sampai kondisinya kembali tenang, kemudian jelaskan kenapa tidak boleh. Kalaupun boleh, ya tetap jelaskan aturanya. Nggak langsung dikasih. Diberi jeda beberapa waktu.

Intinya, hidup anak nggak melulu tentang gadget. Kegiatan anak nggak selalu bersama gadget. Tapi banyak hal baik juga yang bisa anak pelajari dari konten-konten edukasi di gadget itu. Jika waktu ngegadget udah habis dan anak sepertinya enggan berpisah, ya alihkan dengan hal yang dia suka. Kalau aku menyudahi kegiatan ngeyutub Bang Abi dengan jalan-jalan keliling lingkungan rumah, melihat pepohonan hijau. Melihat-lihat keadaan di dunia nyata. Harus seimbang lah mak pokoknya.


Pernah suatu ketika Bang Abi nunjukin gejala, kayaknya dia cinta mati sama gadget. Kayaknya bangun tidur tuh tujuan idupnya ngeyutub. Apa yang aku lakuin? Puasa-in dari gadget sekitar semingguan. Dan maknya juga meminimalisir penggunaan gagdet di depan anak. Walaupun agak sulit ya ses, karena kan maknya dagang onlen. Tapi alhamdulillah berhasil. Jadi selama Bang Abi puasa gadget, dia mengisi hari-harinya dengan kegiatan fisik kayak lari-larian. Main mobil-mobilan. Main air di kolam tiup (maap nggak tahu nama benernya wkwk). Kegiatan main anak-anak umumnya, cuma situasinya aku bikin heboh dikit. Biar dia semangat. Dan berhasil, walaupun maknya jadi agak encokan. LOL.



Walaupun Bang Abi suka ngeyutub di hp aku yang satunya lagi, aku selalu jelasin ke-dia kalau itu hp aku, bukan punyanya dia. (Mungkin dia belum ngerti, tapi aku yakin ini membantu dia untuk memahami) "Ini punya mama ya". Jadi nggak ada istilah anak punya gadget sendiri. Jangan sampai menanamkan rasa kepemilikan gadget kepada anak. Apalagi anak masih dalam kategori infant kayak Bang Abi yang saat ini berusia 21 bulan. Kenapa? Karena dia belum memahami sepenuhnya fungsinya itu gadget apa. Dia belum bisa mengendalikan penggunannya bagaimana. Pointnya ya aku tetap tidak ingin dia leluasa dengan gadget yang dia pegang.

Baiklah, karena jadi agak panjang. Aku tarik garis besarnya aja ya.

Aku sih YAY jika..
1. Gadget sebagai media belajar anak.
2. Konten ditentukan oleh orang tua.
3. Orangtua selalu ada disisi anak, ikut berkatifitas bersama.
4. Waktu ngegadget dibatasi.


Tapi aku bakalan NAY jika..
1. Gadget sebagai pereda tantrum.
2. Bermain gadget ditempat umum/di tengah acara keluarga/tempat dan situasi dimana anak seharusnya berbaur.
3. Porsi bermain gadget lebih banyak dibanding bermain dan beraktifitas tanpa gagdet.


Aku juga nggak bohong lah kalau aku cemas jika Bang Abi nantinya jadi kecanduan gagdet. Tapi aku udah punya siasat tersendiri, tinggal di perketat aja aturannya. Insyallah sejauh ini manjur.

Fyi, Bang Abi itu tipe anak yang agak sulit menerima hal baru dan berada dalam situasi yang baru. Dulu ke tempat yang beda dikit dari biasanya dia nangis tanpa alasan. Gamang mungkin ya. Sekarang, kalau mau bawa Bang Abi ke tempat yang belum pernah dia datangi sebelumnya, aku suka liatin gambaran siatuasinya di you tube. Misalnya ketika Bang Abi pertama kali ngedatangi pesta ulang tahun tetangga. Aku putarin dulu deh video ulang tahun anak di you tube. Terus lagu-lagu yang biasa ada di acara ulang tahun. Dan alhamdulillah, ketika hari H dia enjoy. Ikut games kereta api ketika mau ngantri makanan. Ikut nyanyi. Nggak takut lihat badut. Ya pokoknya cukup membantu aku dalam menghadapi Bang Abi lah. Dan membantu Bang Abi dalam memahami situasi baru.

Nggak hanya itu. Kami juga memanfaatkan kegiatan ngegadget ini untuk mengenali Bang Abi dengan benda-benda yang jarang ditemui di keseharian kita. Ya kayak sapi, pesawat, bus, dan benda lainnya. Dan jika dia dapat kesempata ngelihat secara langsung benda-benda tersebut, dia langsung berusaha ceritain sama aku dan papanya dengan cara nunjuk benda-berusaha mengucapkan nama bendanya-lalu nunjukin ke hp aku. Mungkin singkat nya dia mau bilang. Itu... Itu yang ada di hp.

Nah ini beberapa chanel You Tube favorit Bang Abi.
1. Dave and Ava 
2. Loo Loo Kids
3. Kastari Sentra
4. Lagu Anak Indonesia


Buk-ibuk lain punya aturan apa nih untuk anaknya dalam urusan ngegadget?

Boleh aja ya kalau kita beda pendapat dan beda cara parenting. Ya namanya anak masing-masing. Tanggung jawab sing-masing. Orangtua yang paling tahu yang terbaik untuk anaknya. Tapi nggak salah juga kan kalau kita saling sharing?

Sampai ketemu di postingan selanjutnya.

XOXO

Madamabi___

4 comments:

  1. Karena anak aku dibawah 2 tahun jadi Nay dulu deh hehe tfs bunda 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baiklah mbak. Terimakasih juga sudah baca postingan aku ya.. 😂

      Delete
  2. Bocahku baru aku kasih main gadget usia 2 tahun ke atas. Aturan mainnya, cuma boleh main jumat, sabtu, minggu dan hari libur. Kadang masih minta pas weekdays, tapi ga dikasih.
    Bocahku juga tipe yang agak lama beradaptasi sama hal2 baru dan memang sih dari video2 youtube mereka malah lebih antusias pas liat di dunia nyata. Jadi kayak ga kaget gtu ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap.. Yang namanya anak dibawah umur semuanya harus ttp di bawah pengawasan orangtua.

      Delete

Hai. Terimakasih sudah membaca postingan ini. Silahkan memberi komentar yang baik dan tentu saja sopan ya dear. 😘

Review: Tavi Urban Shield 3 In 1 Super Fine Mist

Face mist adalah salah satu produk skincare yang menurutku experiencenya selalu menyenangkan dan cukup memanggilku sebagai si pemilik kulit ...