Holla....
Seperti janji aku di postingan sebelumnya, yaitu Post Partum Drama, kali ini aku mau share tentang drama-drama yang aku alami selama menyusui Bang Abi. Sebelumnya harus aku beritahu dulu ya, kalau saat ini usia Bang Abi 22 bulan atau 1 tahun 10 bulan. Dan masih menyusu langsung atau direct breasfeeding.
Aku yakin, drama menyusui ini tidak hanya aku yang mengalaminya. Pasti banyak juga yang mengalami hal-hal menantang selama menyusui. Jadi nggak heran, karena peliknya masalah menyusui inilah timbul istilah-istilah seperti pejuang ASI, Ayah ASI, Pro ASI dan lain sebagainya.
Sama seperti Post Partum Drama yang ceritanya bakalan berbeda pada setiap orang, Breastfeeding Drama ini juga pasti berbeda masalahnya pada setiap orang. Nah, kalau drama menyusuiku seperti hal-hal dibawah ini.
Tidak Inisiasi Menyusui Dini
Ketika hamil, aku tuh suka sekali melihat video proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di yutub. Indahnya minta ampun. So touching. Dan aku benar-benar menginginkan moment itu. Tapi karena Bang Abi dilahirkan tidak menangis dan pihak rumah sakit segera melakukan tindakan kepadanya karena hal tersebut, jadi proses IMD harus terlewati.
Aku sedih sih. Tapi aku yakin semua dilakukan sebab kondisi bayiku yang memang harus diwaspadai karena tidak mengeluarkan suara sedikitpun ketika dilahirkan.
Bingung Puting
Entah karena ada kaitannya dengan tidak dilakukannya IMD, Bang Abi mengalami kesulitan ketika menyusui. Mulutnya seperti sangat sulit untuk mencekram areola dan mengulumnya dengan sempurna. Iya, dia mengalami bingung puting. Aku juga yakin ini juga diperparah karena Bang Abi udah terlanjur nyaman mimik dari dot.
Dan ini tuh berjalan sekitar hampir sebulanan. Bagaimana aku mengatasi permasalahan bingung puting ini? Aku mengikuti tips dari artikel yang aku googling karena sangking depressnya dengan masalah ini. Salah satu tipsnya adalah skin to skin contact. Simpelnya aku melakukan IMD susulan dengan Bang Abi ketika kami sudah berada di rumah. Dan berhasil lho, walaupun perlahan-lahan ya.
Dipercobaan skin to skin contact pertama, Bang Abi mulai mau menyusu langsung di keesokan harinya. Walaupun saat itu dia hanya mau menyusu di PYD kiri aja, tapi aku udah senang bukan main. Dan metode ini selalu aku lakuin sampai Bang Abi usia 6 bulan. Karena sampai usia segitupun dia belum lempeng menyusuinya.
Hello Sufor
Di awal kelahirannya Bang Abi sempat mengenal sufor, tapi Alhamdulillah itu hanya berlangsung sekitar 10 hari dari ia dilahirkan dan selama itu juga, sufor bukanlah asupan nutrisi utama Bang Abi. Tetapi itu alternatif disaat aku benar-benar stuck dengan masalah menyusui yang bakalan aku paparkan di postingan ini. Setelah aku berhasil menyingkirkan sufor dari kehidupan Bang Abi, dia hanya mengkonsumsi ASI saja sampai usia 6 bulan.
Seperti yang sudah aku bilang di postingan Post Partum Drama, ini adalah salah satu moment tergagalku. Kembali aku ingatkan juga, aku tidak mau membandingkan mana yang lebih baik ASI atau sufor, ataupun mencela pilihan ibu lain. Tapi ini aku berbicara tentang diriku yang berkomitmen untuk memberikan ASI ekslusif kepada Bang Abi, namun gagal mempertahankan dan memperjuangkan prinsip tadi. Jadi wajar kalau hal ini memenuhi pikiranku dan selalu terngiang-ngiang dikepalaku. Lebay ya? Judulnya aja udah Breastfeeding Drama sis. Ya wajar... *LOL*
Karena sempat bingung puting, aku langsung ambil jalan tengahnya aja. Pumping. Pikiranku saat itu, pokoknya anaknya minum ASI aja. Udah. Mau pakek botol kek. Mau pumping kek. Mau langsung kek. Pokoknya masuk ASI aja dulu.
Tapi ternyata, di aku, pumping ini nggak se-solusi itu. Pelekatan Bang Abi makin sulit. Belum lagi harus kejar setoran ASIP. Kalau menyusu langsung kan, abis nyusu, anak bobok kita bisalah bobok juga atau paling nggak selenjorin badan. Nah kalau E-ping nggak bisa bok. Anak tidur kita ambil alat pumping, peres-peres, selesai pumping, beresin alat pumping, eh anaknya udah bangun lagi.
Ditambah lagi dengan drama manasin ASIP yang butuh waktu, apalagi kalau tengah malam. Disaat nyawa masih setengah sadar. Wkwkw. Nggak sanggup deh ingat-ingatnya.
Maka dari itu, aku sangaaaat salut sama ibu-ibu pekerja yang komit memerah ASI-nya untuk si buah hati. Saluuuuut.
Berhubung aku adalah stay at home mom, jadi aku memilih untuk berhenti pumping setelah anakku bisa menyusu secara langsung. Bagiku, selain ASI itu adalah golden liquid, direct breastfeeding adalah golden moment.
ASIX Nggak ASIX
Walaupun pada akhirnya Bang Abi bisa menyusu langsung dan berhasil say good bye sama sufor, tetap aja aku nggak bisa bohong kalau anakku bukanlah anak ASI ekslusif, atau ASIX. Aku dan papanya Bang Abi sih udah legowo aja dengan hal itu, kita akui kita salah dan gagal. Tapi kita mau melangkah kedepan dan bersyukur aja kalau semuanya sudah berhasil dilewati.
Tapi ternyata, budaya basa-basi di lingkungan kita nggak selempeng itu. Entah kenapa, orang-orang yang sebenarnya nggak ada kaitan dengan pengasuhan Bang Abi ini kayaknya penting kali deh nanya, anaknya minum apa? Dan begitu kita jujur jelaskan , langsung deh komentar "yah berarti nggak ASI ekslusif lagi lah ya? Sama aja, di kasih ASI sampe gede juga tetap aja nggak eksklusif".
Helloooo. Lebih penting label eksklusifnya ya dibandingkan nutrisi? Oh my.....
Ini tuh kadang bikin down kan ya? Seolah-olah karena udah pernah minum sufor trus ASI itu jadi nggak ada gunanya gitu apa? Terus kalau udah nggak eksklusif berarti nggak perlu ASI lagi gitu? Ckckckck.
Tapi ya udah, omongan kayak gini kita ketawain aja. Ketawain orangnya. Ketawain logikanya. Wkwkwk. Mending diketawain kan dari pada kitanya jadi stress dan turun semangat untuk nyusui anak?
Durasi Menyusui
Ini ketika Bang Abi udah bisa menyusui langsung. Tapi masalah belum benar-benar hilang mak. Entah karena sangking asoinya, Bang Abi kalau nyusu tuh lamanya minta ampun. Satu PYD aja bisa dua jam lebih. Walaupun udah ketidur, tapi nggak mau dilepas. Aku yang cemen ini ngaku deh, pegelnya minta ampun. Karena sangking nggak tahannya, aku sampai beli nursing pillow yang bentuknya kayak donat itu, yang dilingkari di pinggang. Alhamdulillah sangat membantu sih. Bang Abi juga nyaman disitu. Aku juga lebih nyaman dan percaya diri nyusuinya.
ASI Sedikit
Karena pernah pumping, aku tahu dong seberapa produksi ASI-ku dan jika dibandingin dengan teman-teman yang juga pumping, ASI-ku termasuk sedikit. Hiks sekali pumping satu PYD cuma dapat 30ml. 50 uda jago. Aku pernah melihat temanku yang ketika menyusui anaknya, anaknya itu sampe gelagapan, karena ASInya deras minta ampun. Istilahnya tuh gini, buka cekrekan bra dikit udah mancur tuh ASI. Dan aku nggak pernah kayak gitu. Harus di pijit-pijit dulu baru ASInya keluar. Ketika belanja keperluan untuk melahirkan waktu hamil dulu, aku sempat beli breast pad, yang aku pikir bakalan guna untuk melapisi cairan ASI yang banjir. Taunya apa? Tuh breast pad jadi useless karena nggak ada yang banjir ASInya. Hahaha.
Tapi aku selalu teringat dari beberapa buku dan artikel yang aku baca kalau tidak ada istilah ASI sedikit. Itu mah, kita sendiri yang labelin. Seberapapun ASI yang dihasilkan seorang ibu pasti cukup untuk anaknya. Berbekal itu, aku maju aja deh. Pede nyusui Bang Abi dengan air susu yang seiprit ini. Walaupun Bang Abi sering sekali ngamuk-ngamuk di tengah kegiatan mengASIhi kami. Dan setelah diselidiki sumber masalahnya, memang karena ASI ku benar-benar seiprit. Udah di pijat oksitosin, konsumsi ASI booster, bikin-bikin hepi diri sendiri dengan makan yang enak-enak dan yang aku suka, sampai me time kayak nonton film dan baca novel. Yang tetap aja kalau udah agak lama dikit mimik susu Bang Abi-nya teriak karena ASI udah mulai kandas.
Untuk yang punya masalah kayak aku, ngerasa ASI-nya dikit. Maju terus aja, pantang mundur mak. Insyallah cukup kok.
Masalah Pelekatan
Aku tuh sempat nggak habis pikir, kalau masalah pelekatan bisa sesusah dan serumit itu. Berbagai cara udah aku coba. Sampai googling posisi menyusui yang benar dan mempraktekinnya. Yang ada bukan masalahnya langsung ilang. Tapi malah Bang Abi jadi ngamuk kalau aku sedang bereksperimen dengan posisi menyusui ini. Mungkin dia ngerasa nggak nyaman aku kunyel-kunyel badannya kali ya. Tapi yang namanya usaha selalu ada hasilnya kok.
Akhirnya aku menemukan posisi menyusui yang nyaman untuk aku dan anakku. Yaitu, menyusui sambil tiduran. Eits, banyak yang bilang tidak baik menyusu sambil tidur. Tapi selain searching di internet hal ini juga aku konsultasikan dengan konselor laktasiku yang juga merupankan dokter spesialis anak sekaligus penggiat masalah menyusui, dia mengajari posisi menyusui sambil tidur yang benar dan aman.
Lecet Dan Lecet Terus
Udah ketebak lah ya, karena bingung puting dan pelekatan yang tidak benar, pasti ujung-ujungnya ya lecet. Lecet ini aku rasakan ketika Bang Abi usia sekitar seminggu sampai dua bulan. Gitu-gitu aja deh masalahnya. Lecet, sembuh, kemudian lecet lagi. Lecet ini juga diperparah karena aku memakai alat nipple puller yang aku harap bisa menolongku dari masalah flat nipple. Eh, boro-boro sis. Yang ada tetap rata dan nambah lecet. Wkwkwk.
Mulai dari yang ngekelupas sampe kebelah udah aku rasain. Ada yang nyaranin sebelum nen dibasahi pake ASI dulu, udah. Nggak mempan juga.
Ada yang bilang juga dikasi minyak, entah minyak goreng, minyak makan, minyak zaitun, udah. Ya tetap nggak mempan.
Ada yang berbagi pengalaman kalau waktu dia begitu dipakein salep A, aku coba juga. Ya begitu juga. Lecet juga.
Ada juga juga bilang kalau gentian violet atau obat biru itu ampuh. Aku coba juga nih. Nah, yg ini memang lecetku terasa cepat kering. Tapi ya tetap aja ntar lecet lagi. Haha. Belum lagi bibir Bang Abi jadi biru-biru gitu.
Kadang aku mikir lho, ini aku ngapain sih? Segala macam ditarok disitu. LOL.
Tapi kisah lecet ini sempat menjadi momok menakutkan. Kalau teringat sakitnya ketika lecet, jujur ya, aku jadi takut gitu nyusui Bang Abi. Bahkan nggak jarang aku banjir air mata sangking perihnya tuh lecet.
Benjolan Di PYD Kanan
Sebelumnya aku udah mention kan kalau Bang Abi lebih nyaman menyusu dibagian kiri. Jadi selama 6 bulan lebih aku masih belum pasif menyusui dibagian kanan. Selama itu PYD kiriku terasa perih dan jika di tekan seperti ada benjolan kecil dibagian luar bawah.
Jelas dong aku parno. Udah mikir jelek aja. Sampai ngomong aneh-aneh kesuami sangking parno dan takutnya. Tapi Alhamdulillah ya punya suami yang mau gimanapun keadaan ya lempeng aja orangnya. Tenang.
Jadi aku dan suami langsung sepakat untuk berobat. Beberapa dokter udah aku search, tapi kami tidak mau langsung dokter bedah ataupun spesialis onkologi. Kami berniat untuk konsultasi dahulu dengan DSA yang fokus kepada permasalahan ASI atau konselor laktasi sebelumnya juga udah sebutkan (bag Masalah Pelekatan). Karena memang kalau baca-baca di artikel kesehatan benjolanku tidak mengarah kepada ciri-ciri kanker atau tumor.
Alhamdulillah setelah konsultasi dengan dokter tersebut dan melakukan pemeriksaan, dia mengatakan ini bukan dua hal yang aku takutkan tadi. Hal yang paling membuat si dokter yakin adalah:
Tidak adanya ciri-ciri seperti memar pada sekitar PYD. Tektur kulit PYD tidak mengkerut atau keriput. Benjolannya juga berubah ukurannya, jika aku baru menyusui dia akan sulit terasa atau mengecil. Dan jika dalam keadaan belum menyusui benjolannya lebih terasa jika di tekan.
Selain itu aku juga tidak demam. Banyak ciri lain yang dipaparkan si dokter sehingga dia mengatakan kalau benjolan yang aku rasakan adalah gumpalan ASI yang terpendam karena proses menyusui yang tidak sempurna. Namun dia tetap menyarankan agar aku konsultasi lebih lanjut ke dokter bedah atau spesialis onkologi, agar lebih valid.
Selain itu aku juga tidak demam. Banyak ciri lain yang dipaparkan si dokter sehingga dia mengatakan kalau benjolan yang aku rasakan adalah gumpalan ASI yang terpendam karena proses menyusui yang tidak sempurna. Namun dia tetap menyarankan agar aku konsultasi lebih lanjut ke dokter bedah atau spesialis onkologi, agar lebih valid.
Belum sempat aku konsultasi lebih lanjut ke dokter bedah ataupun spesialis onkologi, benjolannya sudah hilang dan tidak terasa lagi setelah aku melakukan tips menyusui yang benar dari konselor laktasi tadi. Selain itu dia juga menginstruksikan-ku untuk melakukan gerakan pijat sederhana agar aliran ASI lancar.
ASI dan Berat Badan Anak
Walaupun dibilang zaman udah modern. Pikiran udah maju, tapi tetap aja stereotipe jadul masih melekat erat ditengah masyarakat kita. Salah satunya adalah pelabelan bahwa anak sehat adalah anak yang bobotnya besar atau gemuk. Bang Abi memang posturnya termasuk besar, dia terlahir dengan berat 3,4 kg dan tinggi 51 cm. Tapi setiap bulan beratnya hanya naik sekitar 0.5-1 kg. Intinya anakku tidak gemuk seperti ukurannya orang-orang, namun juga tidak kurus.
Nah, dimata orang-orang disekitarku ini tuh kayak ada yang salah gitu. Kayak ada yang nggak beres. Dan sering aku mendengar selentingan untuk menambahkan sufor agar anakku lebih gemuk. Iya. Paham kok kalau ada yang bilang, biarin aja. Nggak usah didengarin. Tapi ya namanya orangtua, siapa sih yang nggak risih tumbuh kembang anaknya dikomentarin. Lagian grafik berat badan Bang Abi juga aman-aman aja. DSA Bang Abi juga mengatakan kalau berat badan anakku normal dan sehat.
Lah Kok Digigitin?
Kirain setelah drama lecet berakhir, aku nggak bakalan ngerasain sakit serupa lagi. Lah, begitu anaknya tumbuh gigi, serasa flash back ke masa-masa lecet itu. Yang ini malah lebih serem lho. Bener-bener digigit yang bikin darah seolah berhenti di daerah areola. Serem sumpah bagian yang ini. Tapi aku menyiasatinya dengan menggelitik perut dan pinggangnya agar dia melepaskan gigitannya.
Kusenang kamu tumbuh gigi nak. Tapi kutakut putus. LOL.
Menyapih
Sebentar lagi Bang Abi memasuki usia 2 tahun. Katanya sih, udah waktunya disapih. Mengingat perjuangan menyusui kami tidaklah mudah, dan menyusui itu indaaaaah sekali. Aku dan papanya sepakat tidak menyapih anak kami. Biar sampai dia bosan sendiri. Tidak dipaksa dengan cara apapun. Selama dia minta ya bakalan aku kasih terus. Lagian, saat ini juga Bang Abi hanya mau menyusui dikamar dan dia tidak merengek minta ASI saat kami berada ditempat umum atau ketika sedang ramai orang.
Walaupun aku dan suami sepakat, tapi pasti banyak pihak yang menentang keputusan kami. Menjelaskan alasan hanya akan membuka peluang debat tanpa akhir. Jadi ini pasti bakalan jadi babak baru dalam breastfeeding drama selanjutnya. Hehe. Doakan kami ya. Haha.
Tips Agar Sukses Menyusui
Ini kesannya sok pakar kali yee.. Haha. Kami memang gagal memberikan ASI eksklusif untuk anak kami. Dari kegagalan itu, banyak hal yang kami petik dan kami jadikan pelajaran. Yang udah lewat memang tidak bisa diulang, tapi kami berharap cerita kegagalan kami adalah motivasi sukses untuk orang lain dan tentu saja diri kami sendiri kedepannya. Nah berikut ini adalah sedikit kesimpulan agar proses menyusui bisa berhasil.
1. Orangtua (ibu dan bapak) harus memiliki motivasi dan ilmu menyusui yang sama kuatnya. Dan menggali ilmu menyusui ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bahkan dari ketika kita sudah merencanakan program kehamilan.
2. Jika kesulitan dalam proses menyusui segera konsultasikan ke ahlinya. Seperti konselor laktasi atau dokter penggiat ASI. Aku sendiri mengkonsultasikan masalah menyusuiku dengan dr Siti Habsyah Masri M. Ked (Ped), Sp. A, CIMI. Semoga aku nggak salah nulis gelarnya. Maafin kalau salah ya Bunda Icha. Hihi.
3. Sebaiknya semua informasi yang didapat dari orang sekitar yang tidak kompeten, baik itu orangtua kita sendiri, tidak diterima mentah-mentah. Tetap dikonsultasikan dengan ahlinya. Bukannya nggak percaya, tapi seringnya tuh gini. Orangtua masih percaya kalau bayi kurang minum tubuhnya bakalan menguning. Dan tubuh kuning pada bayi adalah momok yang menakutkan. Padahal itu karena kadar bilirubinnya tinggi. Karena rasa sayang yang teramat dalam kepada baby, kita cenderung diarahkan untuk memberikan susu tambahan. Yaitu, sufor. Tidak dipungkiri kita masih hidup dilingkaran mitos yang sangat kuat sis.
4. Selain bekal ilmu breastfeeding yang kuat. Suami dan istri juga harus punya bekal "yakin" yang juga harus kuat dan mantap. Yakin akan berhasil. Yakin kalau ASI adalah yang terbaik. Yakin kalau ASI bakalan cukup untuk anak kita.
Sekian postingan Breastfeeding Drama kali ini. Maap kepanjangan ya bok. Mudah-mudahan nggak kliyengan bacanya.
Tetap semangat mengASIhi. Tidak ada cerita tidak cukup ya. ASI selalu cukup untuk anak. Selalu sempatkan untuk me time. Ibu happy, menyusui akan sukses. Peran bapak adalah kunci utamanya.
Semangattttt.
XOXO
Madamabi___
wah ini mirip banget sama pengalaman aku. anakku pas umurnya belum sebulan menyusunya hampir seharian sampai pinggang pegel. aku juga sampai googling sana sini buat belajar pelekatan yang benar karena punya puting datar. sekarang sih anaknya baru setahun dan asinya sudah campur uht. heu
ReplyDeleteiya mbak. pegelnya nggak main-main yak, hehe. happy breastfeeding.
DeleteAaakkk jd inget jmn menyusui dlu. Udh dr 2 pd dan dpetnya dikit.
ReplyDeleteBtw idem sm semua tipsnya. Cucookk. Makasih share pengalamannya ya mbk
walopun dikit tapi insyallah selalu cukup ya mbak. thanks uda mampir ya mom.
DeleteMasyaAllah, aku sebentar lagi ngelahirin. baca cerita-cerita drama orang dalam menyusui ku jadi deg degan besok bisa nyusuin dengan baik gak ya :( tapi apapun itu yang penting anaknya sehat. Semoga sehat selalu bang abi
ReplyDeletesemoga ada hal baik yang bisa dipetik dari pengalamanku ya mbak. happy breastfeeding. semangat.
Deletewah hebat banget mba. Aku anak pertama udah kena sufor sejak lahir. Asi ku juga sedikit, entah karena memang sedikit atau karena ga hepi, aku ga tau. Sekali pompa cuma 60ml. Awalnya ngrasa bersalah ga bisa kasih asi. Tapi pas anak kedua udah woles aja asi campur sufor hehehe
ReplyDeleteIya mba, anak pertama penuh dengan drama karena pengalaman pertama dan bingung. Hehe.
Delete