Holla...
Hari ini, tepatnya tanggal 22 Desember. Tanggal keramat dimana hampir sebahagian besar penduduk Indonesia, menyadarinya sebagai Hari Ibu Nasional. Hari dimana, setiap orang diingatkan dan mengucap terimakasih atas segala jasa Ibunya.
Sudah hampir tiga tahun ini, aku merupakan "obyek" yang diselamati atas peringatan ini. Ya, tentu saja karena aku seorang ibu. Tapi, tanpa mengurangi rasa hormatku terhadap jasa-jasa dan perjuangan seorang ibu. Aku merasa miris dengan ucapan "selamat hari ibu ya Mama Abi". Bukan tidak senang. Hanya saja, ada sedikit rasa sedih.
Sedih karena semakin kesini, Hari Ibu seperti hanya menjadi sebuah perayaan dan ritual "pengucapan" saja. Euforia semata. Tanpa makna. Kenapa aku bilang begitu?
Setiap tahun merayakan Hari Ibu, ya setiap hari juga masih kejadian yang namanya Mompetition dan Mom Shaming. Masih banyak juga kita yang menyepelekan baby blues, post partum depression. Bahkan nggak sedikit yang aku jumpai, menunjukkan respon negatif. Bahkan mereka skeptis dan tidak mau tahu.
Mompetition dianggap kesalahan individu. Padahal kalau ditelisik, muncul kompetisi antara ibu-ibu ini, ya karena orang suka membandingkan ibu satu dengan yang lainnya. Jadi ya jelas, dari dalam diri mereka muncul keinginan dan tekad untuk membuktikan bahwa mereka benar. Mereka baik. Lalu menyerang ibu lain. Lalu saling berkonflik. Lalu orang nyalahin mereka balik.
Oalah, kita harus nyadar. Ibuk-ibuk ( umumnya muda) saling mompetition, ya seringnya karena ucapa-ucapan ibuk-ibuk (yang seringnya lebih tua & senior) lainnya juga. Tapi mindset udah terbentuk. Berharap mau hilang begitu aja ya susah. Jadi gimana? Ya pakai usaha. Usaha masing-masing. Sadar masing-masing.
Kalau kamu dibandingkan dengan ibu lain, jangan ibu itu yang kamu serang. Tapi orang yang suka banding-bandinginnya itu yang kamu abaikan dan tegaskan. Jangan kasih kendor mbakyu. Basmi akarnya. Bukan pucuknya.
Mom shaming juga makin marak. Kayaknya ya, jadi ibu itu salah aja. Kalau kata orang Medan, "Salah aja aku wee, kau lah yang paling benar". Anak-anaknya kita, tapi dia yang paling merasa tahu. Setiap mom shaming terjadi, alasannya pasti "demi kebaikan dia juga" atau "ya namanya ngasih tau, kita kan lebih pengalaman".
Holla... Zaman sekarang media informasinya bukan dari mulut ke mulut lagi. Beliin atau pinjemin buku parenting kek. Share artikel parenting kek. Bukan mengkritik, tapi solusi dan informasinya zero. NOL! Hanya mau nunjukin, "aku hebat nih!"
Belum lagi kalau ada yang baby blues atau post partum depression. Dianggap lemah lah. Manja lah. Bahkan ajaibnya, aku pernah jumpai orang yang baby blues / post partum depression ini dianggap sedang kemasukan roh atau jin jahat. Miris!
Dan momok-momok pengganggu kehidupan motherhood ini bukan hanya sesama ibu-ibu, walapun ini sebahagian besar. Tapi sering juga bapak-bapak senior, gadis muda (nggak takut karma dek?), suami dari ibu lainnya, dan hampir seluruh lapisan masyarakat.
Hal ini sebenarnya, nunjukin tingkat intelektual dan kepedulian seseorang juga. Dari apa yang ia ucapkan dan lakukan, bisa terlihat cuma sampai mana sih pemahamannya.
Zaman sekarang kan udah banyak tuh artikel-artikel parenting yang membahas, do's & don'ts kalimat yang diucapkan pada ibu-ibu muda. Cuma ya, apakah semua lapisan masyarakat yang baca? Ya paling ibu-ibu yang konsern sama parenting aja yang sering nyimak isu begini. Padahal mah, informasi zaman sekarang banyak sekali dan mendapatkannya juga mudah.
Lalu kenapa isu motherhood dan parenting ini, tidak terjangkau oleh banyak orang? Karena tidak semua orang peduli. Tidak semua orang menyadari kehidupan ibu itu penuh dengan dinamika, konflik batin dan perjuangan hidup mati. Seberat itu? Iya. Karena ada nyawa dalam nyawa bok. Jangan tutup mata kamu.
So, hari ibu kedepannya semoga tidak hanya menjadi ajang perayaan dan ucapan semata. Tapi semoga kita makin sadar, kalau hari ibu adalah pengingat. Pengingat kalau angka bunuh diri pada ibu masih di zona merah. Angka kekerasan dalam rumah tangga masih tinggi. Baby blues dan post partum depression, makin merebak dan belum mendapat titik cerah serta penyikapan yang benar. Dan semoga juga mompetition dan mom shaming tidak tumbuh subur.
XOXO
Madamabi___
absolutely agree madam. basmi akarnya, kalo perlu bakar biar gak berkembang biak banyak banyak. tunjukkan support. great writing madam, always touching.
ReplyDeleteSetuju banget, sesama wanita harus saling menguatkan. Nggak boleh menjatuhkan.
ReplyDeleteYa ampuuuun suka banget tulisan ini..
ReplyDelete"Hal ini sebenarnya, nunjukin tingkat intelektual dan kepedulian seseorang juga. Dari apa yang ia ucapkan dan lakukan, bisa terlihat cuma sampai mana sih pemahamannya."
Makin julid orangnya makin kebaca ya isi kepalanya. Nggak lebih baik pasti dari ucapannya. Dan sbg PPD survivor aku ngalamin banget tuh dibilang manja. Mentang2 punya anak di usia yg terbilang muda huuuu. Padahal kan sebenernya normal, org tuu bukan kasi solusi malah judgemental ckckck
Semoga ke depannya hal2 kaya gini bisa menjangkau segala lapisan masyarakat. Baik yg tua muda single smuaaa deh. Biar pada bisa pasang filter saat mau berkomentar.