Selama tahun 2018
kemarin, aku menjalani hidup yang luar biasa. Luar biasa, tidak berarti selalu
senang. Melainkan, penuh dengan pembelajaran positif dan menemukan makna hidup
yang membuat aku lebih lempeng untuk menghadapi apapun kedepannya. Insya Allah.
Di tahun 2019 ini, aku juga menaruh banyak harapan dan cita-cita. Iya semua tetap atas ridha yang maha kuasa. Tapi, apa salahnya jika aku tetap mengingatkan diriku, untuk terus berpikir dan berusaha. Sembari terus mencamkan dalam hati, “siap menang siap kalah”. Yah, semacam memicu diri untuk lebih hidup. Terus bergerak dinamis. Agar tidak mandek, dan jadi ingin bobok saja. Haseg!
Di tahun 2019 ini, aku juga menaruh banyak harapan dan cita-cita. Iya semua tetap atas ridha yang maha kuasa. Tapi, apa salahnya jika aku tetap mengingatkan diriku, untuk terus berpikir dan berusaha. Sembari terus mencamkan dalam hati, “siap menang siap kalah”. Yah, semacam memicu diri untuk lebih hidup. Terus bergerak dinamis. Agar tidak mandek, dan jadi ingin bobok saja. Haseg!
2018
Yang Membuat Jatuh Cinta
Jika flashback ke tahun
kemarin, aku rasanya ingin senyum-senyum, ketawa geli, lalu menarik nafas
dengan sedikit percikan air mata. Hidup benar-benar kasih aku banyak
kesempatan. Kesempatan untuk menjalani apa yang ingin aku jalani. Kesempatan
untuk melakukan apa yang ingin aku lakukan. Kesempatan untuk berpikir seperti
apa adanya pikiranku. Dan banyak kesempatan lain, yang tanpa aku sangka-sangka
membuka kesempatan lainnya lagi.
Banyak hal dalam hidup
yang berubah.
Adaptasi? Pasti! Sulit?
Jelas!
Lalu menangis? Ingin sekali.
Pura-pura bahagia? Kenapa
harus pura-pura? Karena unsur kebahagian sudah ada dalam diri manusia. FYI nih,
aku pernah menjalani babak hidup yang lebih sulit lagi. Jadi ini mah… halah! Wkwkw.
Hidup di tahun kemarin
juga mengajarkan aku tentang, bagaimana harus menghadapi orang yang menyakiti
kita. Pada dasarnya, ketika orang menyakiti kita. Dia sedang dalam posisi
merasa benar, atau membenarkan dirinya (baca:terancam). Mau kita balas sih,
bisa saja. Karena manusia punya hati, dan hati akan cepat terluka. Jadi dihembuskan
sedikit, bisa saja bergetar dan ngilu dengan mudahnya. Tapi, hidup
mengajarkanku untuk memposisikan diri, agar tidak sama. Tidak serupa dengan
orang-orang seperti itu.
Daripada menghabiskan waktu
dan membuang energy, lebih baik serahkan kepada yang “lebih kuat”. Karena,
jangankan mau membalas perlakuan dan
tabiat buruk orang, ngurus anakku saja aku mudah lelah. Lebih baik kutinggalkan
saja dia dengan karmanya. Nggak doain, hanya yakin saja.
“Dadah. Bagus-bagus disitu ya. Pande-pande jaga badan. Aku mau melanjutkan hidup dulu. Begitu kurang lebih”, sorakku dalam hati.
Lagian, kalau mau
balas-balas perlakuan orang sama kita nih. Yakin situ? Itu artinya, kamu balas
yang jahat, balas juga yang baik. Sanggup beb? Kalau sanggup, ya buatlah. Kalau
aku nggak sanggup balas yang baik, karena yang baik itu tak terbalaskan. Jadi baik-buruk
serahkan sama yang kuasa.
Iya, hati ini bukan
milik malaikat. Tapi pikiran ini akan dijaga dari setan. Karena Ibu yang
melahirkan dan membesarkanku, tidak mengajarkan untuk jalan kebelakang. Tapi, “bergeraklah
kedepan nak”. Lagian aku juga mulai memikirkan, kalau apapun tindak-tandukku,
pasti akan mempengaruhi orang-orang yang aku cintai. Akan ada label, anaknya si
anu, istrinya si itu, ibunya si ini. Jelas aku tidak ingin melukai mereka, dan
membuat mereka menanggung tindak-tandukku.
Lagipula, semua itu
sudah terbalaskan dengan segala nikmat yang aku dapat. Kesempatan untuk menjadi
diri sendiri. Kenikmatan untuk bebas berpikir, dan dipahami. Diperlakukan dengan
baik oleh orang-orang yang aku sayang. Semua itu seperti tidak terlihat memang.
Tidak ada bentuk fisiknya. Tapi jelas nikmatnya, langsung ke-diri-ku sendiri. Tidak
semua orang berlaku manis seperti itu memang, tapi paling tidak. Mereka-mereka
yang aku inginkan, melakukannya. Itu namanya, berkah!
Sampai pada titiknya.
Aku merasa bahwa, aku berhasil menaklukkan 2018. Dan aku jatuh cinta padanya. Tapi
pergantian angka, membuat aku harus meninggalkannya. Menyimpan memory tentangnya
rapat-rapat. Mengenangnya sebagai salah satu masa-masa terbaik, dan berkualitas
yang pernah aku lalui. Bye-bye 2018. Bye-bye love.
Menyambut
2019 Dengan Prioritas
Tahun 2019, aku tidak
memiliki resolusi. Bukan tidak berani ambil resiko. Tapi aku lebih mengutamakan
menjalani hari dengan mengedepankan prioritas, dibandingkan target. Menimbang segala
hal dengan patokan, sangat penting - penting – tidak begitu penting – tidak penting.
Lalu, apa saja yang aku
priotitaskan dalam hidup ini, dan menjadi tolak-ukurku dalam menjalani hidup
kedepan?
1.
Diri Sendiri
Selfish? Tidak. Cara
paling ampuh untuk menghadapi baik-buruknya hidup adalah, menghargai dan memahami
dirimu sendiri. Karena, jiwa yang kosong, badan yang lelah, pikiran yang tidak
bahagia, akan berujung pada perilaku negatif.
Aku bukan anak pramuka,
ataupun pernah ikut organisasi penyelamatan jiwa manapun. Tapi aku pernah
mendengar, jika konsep penyelamatan manapun. Ya dari dirimu sendiri, baru kamu
bisa selamatkan orang disekitarmu. Agar lebih siap untuk menghadapi apapun.
Gini deh, kalau kamu
seorang ibu. Perhatiin deh, ketika naik pesawat, pasti diinstruksikan agar kamu
memakai perlengkapan keselamatan. Baru deh, kamu pakaikan ke-anakmu.
Tapi itu kan tentang
keselamatan. Bener. Karena hidup memang tentang bertahan untuk selamat dan
merasa aman sampai pada titiknya.
Lagian, bahagiaku
gampang kok. Minum kopi, nonton chickflick, baca novel. Setelah itu, sini
kehidupan. Aku hadapi kamu. Yihaaaa.
2.
Keluarga
Jelas karena kepada
mereka-lah aku ingin menjalani sisa hidupku. Suami, anak, orangtua, mertua dan saudara
kandung. Mereka-mereka inilah yang tahu bagaimana aku, dan memaklumi segala kesalahan
yang aku perbuat. Tempat aku melepaskan segala kepenatan hidup. Segala hingar-bingar
tabiat negatif orang. Ya, jadi kepada siapa lagi?
3.
Bisnis
Karena menjalani usaha
dibidang yang aku gemari, jadi aku memang ingin tetap fokus menjalaninya. Santai
memang, seperti selama ini. Tapi sudah dua tahun menjalaninya, ya aku tetap bertahan
dan memang masih niat banget nerusin, juga mengembangkannya. Tahun ini memang
diniatkan untuk lebih terkonsep, dan terencana lagi.
4.
Impian
Aku punya banyak
cita-cita memang, tapi ada satu impian yang ingin aku wujudkan. Dulu pernah
sih, hampir terlaksana. Tapi karena satu dan lain hal, harus berhenti ditengah
jalan, tidak tuntas. Tahun ini, sepertinya aku mulai siap untuk melakukannya
lagi, dan berusaha untuk mencapai titik akhir. Apaan sih? Ada deh, namanya juga
rencana. Pamali ah dibeberin, kalau belum kejadian.
5.
Passion
Iya,
sama kayak tahun sebelumnya. Aku masih ingin terus melakukan hal-hal yang aku
sukai. Hanya saja, tahun ini aku menempatkannya di prioritas terakhir. Bukan tidak
penting, tapi kan ini prioritas. Walaupun terakhir, ya tetap diutamakan. Maksudnya
sih, tetap tidak sampai diatas kepentingan lain. Ya sambil santai-santai aja. Sejalan,
gitu.
===========================
Semoga kita semua menjalani
kehidupan yang indah di tahun lalu, dan penuh semangat di tahun depan ya bebs.
XOXO
Madamabi___
Always love your thought madam. Bener banget. Taun baru dengan semangat baru dan ninggalin orang yang selalu membuat kita down. No drama drama. Enjoy every minute of it.
ReplyDeleteTulisan nya ngena banget ini...karena yg baik tak terbalaskan, maka baik buruk serahkan Yang Kuasa :")
ReplyDeleteBaru aja ada bbrp hal yg bikin down di akhir taun lalu. Belum bisa legowo huhu tapi berkat kalimat tsb aku jadi tercerahkan :)