Beberapa waktu lalu, aku membuka poling
di Instagram Story-ku. Dua issue yang aku lemparkan seputar mommy life. Yaitu,
burnout dan mompetition / mom shaming. Hasil poling menunjukkan burn out
sebagai topik yang paling diminati oleh para ibu-ibu.
![]() |
Boleh di follow dong moms IG: @jurnal_madamabi |
Lalu, apa sebenarnya burnout? Mengapa
burnout kerap menyapa para moms? Lalu apa saja dampak yang terjadi?
Burnout,
Bukan Sekedar Rasa Lelah
Istilah lain dari kata “kelelahan” dalam
bidang psikologi, yang pertama kali dipopulerkan di tahun 1974 oleh
Freudenberger. Istilah ini menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat
tuntutan yang terlalu membebankan tenaga serta kemauan seseorang.
Tidak dipungkiri aktifitas sebagai ibu,
membuat hampir seluruh waktu dan tenaga kita terkuras. Belum lagi faktor-faktor
eksternal, seperti “bisik-bisik tetangga” maupun “ekspektasi saudara/keluarga”,
yang juga mempengaruhi kondisi mental kita. Tidak hanya tubuh yang lelah, hati
dan pikiranpun ikut tersita. Lengkap deh bok!
Sebabnya?
Bisa Dari Diri Sendiri Maupun Orang Lain
Aku kembali membuka kolom pertanyaan di
Instagram Story-ku, terkait masalah burnout ini. Tapi lebih spesifik kepada,
hal apa yang kira-kira menjadi penyebabnya. Aku memang membutuhkan opini dari
banyak ibu-ibu disini. Karena problem para moms itu beragam kan?
Jawabannya memang beragam. Tapi secara
garis besar. Kurang lebih, ini dia kesimpulannya:
Terjebak Pada Predikat Wonder Woman / Wowmom | Memenuhi Ekspektasi Idaman Orang | Management Waktu Yang Kurang Baik | Beban Status | Melupakan Diri Sendiri | Jarak Usia Anak Yang Terlalu Dekat | Peran Ganda | Kurangnya Perhatian & Pengertian Dari Pasanganq
Banyak hal yang menyebabkan seorang ibu
menjadi kelelahan. Bukan sekedar lelah pegal-pegal. Tapi bisa sampai lelah yang
depresi, sedepresinya. Kita nggak bisa pungkiri ya, di zaman milenial ini masih
banyak orang yang membebankan banyak hal yang tidak masuk akal kepada seorang
perempuan. Apalagi ketika kita sudah menjadi ibu. Dianggap harus bisa, harus
maklum, harus sanggup dan harus sempurna. Padahal, secara akal sehat. Ya mustahil
bebku!
Mengenai hal ini, aku jadi teringat
kalimat Elizabeth Santosa, seorang psikolog yang merupakan pemateri di suatu
event parenting yang pernah aku hadiri.
“Ibu bukan wonder woman buk! Tidak
mungkin bisa melakukannya sendiri. Manage lah waktu anda.” Begitu kira-kira
kalimat yang ia lontarkan, ketika aku menanyakan tentang bagaimana seorang ibu
bisa melakukan aktifitasnya (berkerja, mengurus rumah, mengurus diri sendiri dan keluarga) namun tetap
memiliki waktu full kepada anak.
Iya. Tidak mungkin, karena kita bukan
wonder woman ataupun wonder wowmom. Singkirkan pikiran itu. Karena hanya akan
menyiksa jiwa dan raga kita. Maklumlah kepada diri sendiri, jika kamu tidak
handal dibeberapa hal. Semuanya akan baik-baik saja moms kalau kamu punya kelemahan
dan kekurangan. Ya begitulah kita. Tidak sempurna.
Lagian, jika dipikirkan lebih dalam.
Hampir sebagian besar usaha untuk sempurna yang kita lakukan, sebenarnya hanya
berpatok pada ekspektasi orang. Harapan orang. Kita seperti berambisi untuk
terlihat pantas menjadi seorang ibu. Takut dianggap gagal menjalankan tugas
dari status kita. Bukan keinginan kita. Bukan desakan suami ataupun tuntutan
anak. Benar tidak? Kalau aku sih, ya begitu. Dan sempat terjebak. Lalu sadar.
Bye deh dengan ekspektasi orang. Aku yakin, orang yang sayang dan benar-benar
peduli kepadaku akan memaklumi kekuranganku. So, kenapa harus menyiksa diri
untuk orang yang tidak perduli?
Sekali lagi ya. Mustahil kamu ingin
mewujudkan keluarga yang bahagia kalau kamu tidak bahagia moms.
Baca Juga:
Ini
Yang Terjadi Jika Ibu Terlalu Lelah (Burnout), Berakibat Fatal Untuk Diri Sendiri Dan Sekitar
Kalau kamu terjebak pada problem-problem
diatas, dan merasakan kalau itu hal yang salah. Yuk, segera stop semua ini
moms. Kenapa? Karena ada banyak sekali dampak buruknya untuk kita, dan untuk
orang sekitar yang kita sayangi. Khususnya, suami dan anak.
Semangat Hidup Menurun Membanding-Bandingkan Diri Dengan Orang Lain Mudah Marah, Tersinggung dan Sedih Selalu Dibayang-bayangi Penyesalan Suka Menyalahkan Keadaan, Orang Lain, Bahkan Diri Sendiri
Burnout ini akan membuat pikiran kita
juga semakin kacau. Sehingga tidak dapat digunakan secara maksimal. Bahkan
hanya untuk memikirkan apa yang akan kita lakukan dalam detik itu juga. Kalau
sudah begini, jelaslah tidak baik untuk pengasuhan anak. Karena seorang ibu
tidak hanya berperan sebagai pengasuh, melainkan juga pendidik. Dan mendidik
anak butuh putar otak mengatur strategi, agar metode parenting kita bisa
diterapkan dan sesuai dengan karakter anak.
Kelelahan jiwa raga seperti ini juga
mempengaruhi keharmonisan rumah tangga ya. Diposisi seperti ini, mana sanggup
lagi kita bercengkrama dengan suami. Walaupun memaksakan diri, pikiranpun dan
hatimu sudah tidak bersemangat. Yang ada malah pembicaraan menjadi
ngalor-ngidul. Diajak bertukar pikiranpun tidak fokus, bahkan bisa salah paham
sampai memancing emosi. Namanya juga capek ya.
Kehidupan sosial-pun bisa semakin buruk.
Kita jadi semakin sensitive, terutama jika melihat seseorang yang kondisinya
terlihat lebih baik dari kita. Insecure, pasti. Jika kita tipe pasif, besar
kemungkinan untuk membatin. Jika kita tipe agresif, bisa menyerang balik dan
berujung pada mompetition dan mom shamming. Keduanya tidak baik dan tidak
sehat.
Kemudian semuanya semakin buruk dan
kacau. Ada saat dimana kita menjadi menyesali semuanya. Menyesali status.
Menyesali keadaan. Bahkan sampai membenci diri sendiri.
Hempas
Manja Burnout Dengan Hal-Hal Ini
Self Love | Beri Reward Untuk Diri Sendiri | Me Time | Afirmasi Positif | Cari Bala Bantuan
Kita memang tidak bisa memungkiri kalau
semua kejadian dalam hidup kita, ya takdir tuhan! Nggak ada yang bisa disesali ataupun
disalahkan. Burnout erat kaitannya dengan keadaan, dan kemampuan kita untuk
menaklukan keadaan tersebut. Nggak ada yang salah kok dengan sebab-sebab yang
aku jabarkan sebelumnya. Semuanya manusiawi, dan beberapa takdir. Wajar dan
tidak bisa diubah. Kita tidak bisa mengontrol apapun yang bergulir dikehidupan
kita. Tapi kita bisa dong ya mengontrol diri kita sendiri. Mengontrol pola
pikiran dan perilaku kita. Semua berawal dari diri kita. Bagaimana kita
menerima, dan bagaimana kita menyingkapi.
Sadari betul kalau kita tidak bisa
melakukan semuanya sendiri, dan itu wajar. Kita akan lemah dalam satu hal, tapi
pasti kita oke banget untuk hal lainnya. Bukan kamu aja kok yang nggak sempurna
di muka bumi ini. Nggak masalah. Bodo amat kalau ada yang komentar ini itu. Itu
mah akan tetap terjadi, apapun yang kamu lakukan.
Disaat mulai mencapai titik kelelahan
yang sampai mengganggu konsentrasi, berhenti dulu. Istirahat dan sering-sering
kasih reward untuk setiap pencapaian yang kamu lakukan setiap harinya. Seperti,
menghadiahi diri sendiri dengan secangkir kopi susu dingin karena telah
memandikan dan memberi anak makan. Hah? Iya. Setiap detail yang kamu lakukan
harus diberi reward. Karena kamu melakukan dengan usaha. Barengi dengan
afirmasi positif setiap harinya. Bentuk kalimat-kalimat yang memicu motifasi
positif yang membangun. Hal ini bisa membuat hati semakin kuat lho.
Memerlukan bantuan bukan berarti kamu
tidak mampu mengerjakannya sendiri. Tapi waktu kita terbatas moms. Banyak hal
yang harus dilakukan. Jadi berbagi peranlah. Khususnya dengan suami. Oke-oke
aja kok kalau kita meminta bantuan orang dirumah, seperti orangtua, mertua,
adik, ataupun siapapun yang kita percaya. Tapi, pastikan kita sudah memikirkan
jenis bantuan seperti apa yang mereka berikan. Jangan sampai bantuan tersebut,
benar-benar mengambil peran kita. Cukup bala bantuan dalam hal dan waktu
tertentu saja. Seperti, bantuan menjaga anak beberapa jam disaat kita ingin me
time di luar rumah.
Next, aku mau bahas tentang hal-hal spesifik yang bisa menstabilkan kelelahan kita para buk-ibuk deh. Di sini udah terlalu panjang dan ramai. Ntar bacanya udah burnout bebs. Hihihi.
Nah, kalau kalian punya cara apa untuk
menghalau dan menghempaskan rasa lelah moms? Share yuk di kolom komentar.
XOXO
Madamabi___
madam, kalo aku burnout nya adalah kelelahan yang terlampau besar sementara waktu untuk diri sendiri saja susah bener. jadinya kadang yang jadi incaran ya anak dan emosi kadang gak terkontrol. padahal aku yang seharusnya lebih bisa nyiapin waktu. cara aku sekarang, adalah 10 menit nyiapin waktu setiap hari sekedar untuk nulis di note atau hanya diam tanpa pegang hape. seringnya setelah subuh. sedikit membantu.
ReplyDelete