Dear, Papano…
Tepat tanggal post ini dipublish,
bersamaan dengan empat tahun kita menjadi suami dan istri. Tahun ini juga
merupakan tahun kesepuluh kita saling mengenal dan jalan bersama, bergandengan
serta beriringan. Halah…. Sounds cheesy hah? Wkwk.
Selama itu juga, namamu selalu tercatat
dalam jurnal kehidupanku. Memenuhi setiap lembaran demi lembarannya. Mulai dari
prolog, chapter pertama, kedua, dan seterusnya. Semoga sampai takdir maut
menjadi epilognya.
Terserah kalau ada yang bilang namanya
juga lagi kasmaran atau lagi anget-angetnya. Tapi menurutku, itu karena kamu
memang selalu ada dan hadir dalam setiap hari-hari dikehidupanku. Baik disaat
mood ini kelabu, maupun pinky jambu. Lagipula, sepuluh tahun mengenal bukan waktunya lagi untuk anget-angetan bukan?
Walaupun memang empat tahun pernikahan, juga masih bisa dikatakan seumur
jagung.
Whatever apapun yang pernah terjadi
dalam hubungan kita. Baik dan buruk. Manis maupun pahit. Kecut sekaligus sepet.
Pedes, sepedes ayam geprek level 10. Aku akan terus tetap mengucap,
terimakasih. Terimakasih untuk segala kesabaran yang kamu usahakan untukku. Untuk
toleransi atas perbedaan karakter kita yang cukup mencolok. Untuk pengertian ketika
aku menjalani kegemaranku yang berbeda denganmu. Terimakasih sudah memberikan
aku kesempatan untuk tetap menjadi individu, ditengah-tengah status sebagai
istri dan ibu. Yang jika dilihat dari sudut pandang budaya patriarki, sangatlah
mustahil untuk seseorang dengan status sepertiku tetap seleluasa ini.
Tanpa semangatmu, aku tidak yakin apakah
tetap dapat melanjutkan pendidikanku dulu, ditengah terpaan problematika
keluarga dan kondisi finasial yang mencekik. Tanpa belaianmu, aku tidak yakin sanggup
bangun setiap malam ketika anak kita masih bayi. Yang dimana kamu pasti tahu,
aku sangat lemah dalam hal begadang. Tanpa ketenanganmu juga, aku tidak yakin
bisa memiliki motivasi untuk terus menyusui anak kita, ketika breastfeeding drama
menyerang dulu. Dan banyak hal lainnya yang jika aku pikirkan, apakah akan sama
indahnya jika bukan aku lalui dengan kamu? Aku yakin tidak. Karena takdir tuhan
memang sudah tergaris, aku denganmu. Kamu denganku. Dan kini kita bertiga
dengan si buah hati.
Aku tahu tidak ada yang abadi. Sebab itu aku selalu berdoa kepada Tuhan untuk
terus menguatkan perasaan kita. Menyabarkan hati kita. Memantapkan pilihan
kita. Selalu. Karena seseorang pernah berkata kepadaku, kunci dari sebuah
hubungan yang berhasil adalah fondasi yang kuat. Itu mencakup, komunikasi,
kepercayaan, toleransi, dan keyakinan. Tapi seseorang lainnya juga mengatakan, sebuah
hubungan akan selalu diterpa oleh cobaan. Jika kuat di akar akan berayun-ayun
di dahan. Yang aku artikan sebagai, ketika kita berdua baik-baik saja, akan
tetap ada rintangan dari orang lain dan sekitar. Dan itu yang sedang kita
wanti-wanti saat ini. Karena ujian akan selalu tiba, karena kita juga ingin
naik kelas bukan?
And now…
You and me versus the world!
Pada akhirnya, di empat tahun pernikahan
dan sepuluh tahun perkenalan kita. Aku hanya mau bilang, aku bersyukur
dipertemukan dengan kamu dan dicintai dengan cara seperti ini. Aku ingin terus,
dan lagi!
I love the way you love me
Strong and wild, slow and easy
Heart and soul, soul completely
I love the way you love me
I love the way that you love me
Strong and wild, slow and easy
Heart and soul, soul completely
I love the way you love me
I love the way that you love me
- Eric
Martin - I Love The Way You Love Me-
XOXO
Mamano
Hei mamano... sungguh bahasa yang mendayu bikin senyam senyum bacanya. Masya allah, semoga madam dan abang selalu sehat dan senantiasa membara.
ReplyDeleteMengapaaaa.. Mengapaaa fotonya di crop sehingga aku tidak bisa melihat keseluruhannya dengan sempurna.. Me..nga..pa..
ReplyDeleteSemoga langgeng ya mbak sampai akhir hayat dan dipertemukan nanti kelak di akhirat.
ReplyDelete