“Aku tahu, kecil kemungkinan untuk kami bersatu lagi. Tapi saat itu, yang ada dipikiranku. Aku hanya ingin berjuang untuk hubungan kami. Walaupun hasilnya tetap gagal. Paling tidak, seumur hidupku aku tidak menyesal, karena tidak pernah berusaha untuk memperjuangkan cintaku.”
Medan,
18 April 2019
Semua bermula pada hari itu. Di sebuah
coffee shop, yang terletak di komplek perukoan
ringroad. Siapa sangka, pertemuanku dengan seorang teman yang sudah lama
tidak bertemu menjadi sangat dalam. Kami sempat larut dalam kehidupan
masing-masing, sampai benar-benar jarang saling mengupdate kehidupan pribadi
masing-masing. Awalnya aku pikir, perbincangan akan melebar seputar perjalanan
temanku yang memang baru berkelana ke
sebuah daerah di pulau jawa sana.
Aku lupa di detik keberapa, perbincangan
kami mulai spesifik tentang kehidupan percintaanya. Deg! Awalnya aku cukup
kaget dia membawa topic perbincangan ini. Kupingku rasanya lebih siap mendengar
tentang jumlah penyu dan orang utan yang semakin punah. Atau info tentang gajah
sumatera yang semakin menjadi sasaran pemburu. Hal-hal yang memang identik
dengan temanku ini. Sebab itu, ketika dia mulai menjabarkan kronoligis
percintaanya, aku tahu ini cukup serius.
“Aku tahu, kecil kemungkinan untuk kami bersatu lagi. Tapi saat itu, yang ada dipikiranku. Aku hanya ingin berjuang untuk hubungan kami. Walaupun hasilnya tetap gagal. Paling tidak, seumur hidupku aku tidak menyesal, karena tidak pernah berusaha untuk memperjuangkan cintaku.”
Itulah kalimat yang merangkum seluruh
pembicaraan kami yang cukup panjang.
Iya. Ini cerita tentang seseorang yang
memperjuangkan apa yang ia cintai. Berkorban untuk sesuatu yang ia rasa pantas
ia pertahankan. Tapi, karakter temanku yang sangat kuat ini, menunjukkan dan
mengajarkan tentang keikhlasan. Dua hal yang sepertinya sangat kontradiktif ya.
Kamu ingin. Kamu ingin berjuang untuk mempertahankannya. Tapi kamu rela dan
mengikhlaskan apapun yang terjadi. Kontradiktif bukan?
Tapi itulah yang terjadi. Itu yang ia
lakukan.
Menempuh jarak dari satu kota ke kota
lain dengan menumpangi transportasi umum, yaitu kereta api. Sembari memantapkan
hati dan menguatkan kaki untuk melangkah. Berusaha mengatur nafas agar tetap
teratur. Namun dalam hati dan pikiran berkecamuk bimbang. Aku bisa rasakan,
betapa kerasnya ia berusaha untuk menahan bulir-bulir kristal di pelupuk
matanya. Tapi jiwanya yang kuat, serta hatinya yang lapang terus memotivasinya
untuk terus maju. Hanya ini saat yang tepat dan wajar untuk melaksanakan semua
niatnya.
Karena, di hari kemudian. Semua itu akan
berbeda lagi ceritanya.
Ini tuh termasuk tema yang jarang sekali
kami obrolin. Aku dan temanku memang bukan tipe yang terlalu dalam membicarakan
kehidupan pribadi masing-masing. Cukup saling tahu. Tapi tidak saling mengulik.
Kalaupun saling cerita, pastilah atas keinginan pribadi dan ketika diri merasa
sudah siap untuk menceritakannya.
Seperti temanku ini. Setiap kalimat yang
keluar dari mulutnya terasa dalam. Tapi sorot matanya terlihat sangat tegar.
Pastilah ini tentang peristiwa yang cukup besar yang ia lalui, tapi memang
sudah berhasil ia lalui.
Cerita temanku ini benar-benar kasih
pesan moral yang berharga sekali untuk aku.
Dalam hidup ini, aku termasuk yang main
aman aja. Males capek. Males pusing. LOL. Secemen ituh. Cerita temanku seketika
bikin semangatku untuk memperjuangkan dan mau berkorban untuk apa yang aku
cintai, semakin membara. Nggak melulu dalam hal relationship. Tapi juga
mencakup semua hal yang memang pantas untuk diperjuangkan. Seberapun hasilnya,
yang penting udah usaha aja dulu. Sesuatu yang kamu cintai, memang pantas untuk
diusahakan.
Apapun itu, dan bagaimanapun hasilnya.
Thanks mak, udah mau berbagi dan bikin
aku mikir serta termotivasi untuk
berusaha memperjuangkan apa yang aku inginkan dan cintai. Usaha tapi nggak
ngoyo. Mau tapi nggak maksa.
*Postingan
ini sudah diketahui dan disetujui oleh yang bersangkutan ya. Bahkan dari awal
aku bilang, aku tersentuh sekali dengan ceritanya. Dia sangat setuju dan
mendukung untuk menuliskannya.
Oia, sharing juga dong cerita penuh
perjuangan apa yang pernah kalian lalui? Boleh share juga bagaimana untuk
mengikhlaskan dan menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita?
XOXO
Madamabi___
Cinta emang rumit kak 😭
ReplyDeleteAku jg punya pengalaman hrs menerima sesuatu yg nggak sesuai harapan. Waktu lulus SMA aku pgn bgt lanjut ke jurusan keguruan, tp karna dkt rumah ga ada yg negri dan ortu ga sanggup membiayai, akhirnya aku disuruh masuk kampus komputer yg biayanya super terjangkau. Ternyata aku disrh masuk jurusan IT, OMG, mata kuliahnya susah2 bgt, jauh dari ekspektasiku, bahkan aku pesimis aku bisa menyelesaikan 8 semester tepat waktu, sering bgt aku merasa pgn menyerah, IT itu bukan passionku. Tp aku ga punya pilihan, aku cuma bersyukur aja aku bisa kuliah, itu satu2nya penyemangatku, walaupun cita2 untuk jd guru pupus sudah. Tapi aku bangga, aku berhasil mendapatkan beasiswa sampai lulus, setidaknya aku nggak merepotkan orangtuaku. Padahal cuma 30% mahasiswa di kelasku yg bertahan sampai lulus. Ehhh maap aku jadi ikutan curhat
ReplyDelete