Holla...
Kali ini mau bahas tentang hal yang agak minus di diriku.
K-E-S-A-B-A-R-A-N
Konon katanya, sabar pangkal subur. Subur apanyaaaa? Haha.
Tapi gini ya beb. Berasa ngga sih? Kalau kadang kita tuh lebih toleran dan sabar menghadapi orang lain, dibandingkan diri kita sendiri?
Lebih legowo menghadapi kesalahan orang lain, dibandingkan dengan kesalahan yang kita buat.
Kalau orang yang salah sama kita. Langsung disabar-sabarin. Rasanya lebih mudah aja nerima. Bisa dengan segera dilupakan, walaupun ya "gedeug" tetap ada juga di hati ini.
Mungkin alasannya sih beragam ya. Bisa aja karena ngga enak sama orang itu. Atau, males ribut. Bahkan, takut citra diri jadi jatuh di mata orang. Macem-macem lah ya. Tergantung masalahnya apa. DAN.... juga yang dihadapin siapa?
Eh, beneran kan? Siapa orangnya itu ngaruh juga sama kadar toleran kita?
Ya contohnya aja nih ya..
Kalau anak kita yang buat salah sama anak orang yang buat salah. Pasti level gedeug-nya beda kan?
Kalau anak sendiri salah, ya udah ngomel-ngomel. Was wes wosss. Uwis!
Tapi kalau anak orang, waaaah bisa panjang.
"Ih dasar ya, anak si itu. Persis kayak orangtuanya suka begini begitu" Panjang lah urusannya. Merembet ke mana-mana cuy.
Atau paling mudah, level sabar sama gebetan dibanding temen. Lebih besar mana?
Sama gebetan kan?
Ya kan?
Kan?
Betul kan?
Kan?
Memang tetap kesel. Tapi lebih sanggup untuk di "ah-ya-udah-lah-in-aja". Ntar kalau ketemu orangnya, bisa anteng senyum-senyum ramah (?) lagi. Ketawa-ketiwi lagi.
Kayak ngga ada kejadian apa-apa.
Belum lagi ngga siap menghadapi spekulasi-spekulasi negatif lain. Yang bisa aja, ngga kita dengarkan secara langsung. Tapi malah dibelakang kita.
"Eh, si itu masak begitu banget ya?"
"Ah dia itu payah emang, ngga asik! Gitu aja mudah kesel"
Bisa mendidih emang digituin. Rasanya ngga sanggup dengar. Jadi cari aman ajalah ya.
Intinya males sakit hati atau ngga enak hati deh.
Tapi, begitu ke diri sendiri? Jangan tanya... Bukan lagi!
Kita suka gregetan sendiri sama diri sendiri. Ngga bisa kasih kendor lah pokoknya. Si A udah di step kehidupan tingkat 10, kita masih merasa stuck di basement.
Suka lupa aja kalau, di depan belum tentu selalu adem. Terpaan anginnya juga sadis kan ya?
Belum lagi kenyataan kalau bumi ini berputar. Bisa jadi yang didepan, paling duluan juga jungkir baliknya.
Bahkan bunga mawar yang indah itupun berduri sayang. Dan ngga selalu mekar juga bebbbb. Ganti-gantian mereka mekarnya. Sabar mereka beb, nunggu waktu mekar masing-masing.
Santuy... Takdir udah ada cuy. Ngga percaya apa sama Tuhan?
Terlalu ngepush diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Excellent tanpa cela.
Ngga selalu juga kita harus melakukan sesuatu hanya untuk memenuhi ekspektasi orang. Tapi batin sendiri teriris perih (lahhhh). Sampai lupa sama kemauan diri sendiri. Bahkan lupa sama diri sendiri. Lupa disayang-sayang dirinya sendiri. Suka kesel sama diri sendiri. Sing sabar ndok. Itu dirimu sendiri lho.
Ujung-ujungnya gimana?
Ya lelah sendiri bok.
Ngga terima sama kekeliruan yang kita lakukan. Denial sama ketidaksempurnaan yang melekat sama diri kita.
Ujung-ujungnya malah down. Self esteem menurun.
Ulahnya siapa?
Harus berani jawab. Ulah kita! Tapi dijawab dengan versi "self acceptance" oke!
Dunia ini memang tempatnya orang-orang untuk belajar benar dari kesalahan kok.
Tempatnya kita melihat apa yang perlu kita benahi, dari sebuah kegagalan bukan?
Kalau ngga ada gagal, ya dari mana tau sukses?
Bok, kita berusaha sabar sama orang itu bener. Bener banget pun.
Tapi make sure, sebelumnya kamu udah punya stock sabar yang banyak. Dan pastiin stock sabar itu, udah terpenuhi dulu untuk diri kamu. Baru bagiin ke orang.
Sama dengan konsep kebahagiaan. Bahagia-in diri sendiri dulu, baru bisa ngasih kebahagiaan ke orang lain.
Kalau kita berusaha sabar, ke orang, tapi ngga sabar ke diri sendiri. Ya sama aja semu dong.
Gimana, minggu ini udah sabar sama diri sendiri? Udah lempeng sama kegagalan dan alam semesta yang ngga selalu bersahabat?
Banyak-banyak disayang ya beb dirinya. Tetap semangat juga untuk menapaki segala mimpi dan keinginan secara perlahan ya. Pijak saja anak tangganya satu-persatu. Kalau sekaligus sepuluh bisa kejengkang. Atiiiit.
Oia, untuk perkara berusaha toleran karena takut ngga enak hati dan digibahin orang. Pastiin kalau kita tidak menyakiti orang secara fatal. Kalau masalah dirumpiin, ya emang wataknya begitu. Sejagat raya juga (bakalan) tau. Jangan kita yang berkorban untuk menfasilitasi sikap dan sifat buruk orang lah. Lagian orang begitu, apapun yang kita buat, ya ada ajaaaa salahnya sama dia.
Bukan selfish, tapi selflove.
Oke siip.
Sekian postingan "lagi rajin" dan "ingin nulis" aja ini.
XOXO
Madamabi___
Note: Ini sebenarnya dari postingan Instagram. Berhubung aku kalau bikin caption, ya panjangnya kayak kereta api. Yasudah lah ya. Langsung aja dijadiin blog post. Apalagi mengingat kenyataan (halah halah) awal tahun ini sama sekali ngga ada posting apa-apa. Ya kumainkan saja. Haha.
No comments:
Post a Comment
Hai. Terimakasih sudah membaca postingan ini. Silahkan memberi komentar yang baik dan tentu saja sopan ya dear. 😘