Holla...
Kayaknya di antara para blogger yang suka bikin blogpost rekapan kehidupan bulanan, aku yang paling leler deh. Haha.
Udah tanggal segini baru naik nih tulisan. Tapi ya sudah. Anggap aja ngga apa ya beb. Yang penting ada usaha untuk mempertahankan konsistensi ya bok.
Oke! Pembelaan. Hihi
Diajarin Syukur Nikmat Saat Sakit
Tepat satu hari sebelum lebaran, diberi nikmat sakit sama Tuhan. Demam dan kepala sakit banget. Kayaknya sepanjang hidup, itu deh kondisi sakit aku yang bikin badan lemes banget. Sakitnya ngga parah. Tapi kok badan rasanya lemeeees banget nget nget.
Biasanya kalau sakitpun, masih bisa ngapa-ngapain. Ini energi kayak disedot vacuum cleaner bok.
Terus. Karena tubuh ngga berdaya, beberapa hari itu aku sama sekali ngga ngapa-ngapain. Masak ngga. Beres-beres rumah nggak. Boro-boro bikin konten. Benar-benar jauh dari aktivitasku biasanya.
Pola hidupku saat itu hanya makan-tidur-makan tidur deh.
Aku jadi tersadar. Meskipun selama ini aku sadar bahwa menjadi Ibu Rumah Tangga (beserta segala aktivitas mengurus rumah) itu adalah pilihanku sendiri. Kadang terbersit perasaan capek lah. Mager lah. Manusiawi memang. Tapi tetap aja ngga boleh kebiasaan.
Nah, pas sakit kemarin diingatkan. Bahwa ternyata hal yang kadang bikin capek dan mager itu, adalah sesuatu yang melumasi mesin semangatku.
Ternyata aku memang butuh untuk melakukan semua itu. Karena aktivitasku selama ini memang diinginkan oleh tubuhku.
Mungkin harus lebih me-manage-nya aja. Karena emang kadang aku kalau udah beres-beres rumah suka lupa makan. Tapi ngopi ngga ketinggalan. Hihi. Si badan lagi protes kali ya atas kelakuan awur-awuranku.
Lalu... Juga lagi diajarin untuk menjalani hidup sepenuh hati. Melakukan apapun itu dengan sungguh-sungguh dan rasa syukur. Karena ada masa dimana itu ngga bisa kita lakuin, meski hanya sebentar.
Mmmm.. Ternyata nikmat sehat itu ngga main-main.
Saat sakit aku benar-benar rindu kerempongan harianku. Ya ngurus anak, masak, beres-beres, moto-moto flat lay, nulis blog dan bikin konten IG. Ketika ngga berdaya, kita jadi semakin tahu apa yang memang ingin kita lakukan.
Kangennya Ditempeli Anak Terus
Alhamdulillah, aku dikelilingi circle yang kooperatif dan suportif. Selama sakit, anakku dirawat oleh kakek neneknya di rumah mereka. Jadi aku hanya fokus untuk istirahat aja.
Itu adalah kali pertama aku ditinggal bermalam oleh anakku.
Rasanya?
Ugggh, kangen!!
Kayak ada yang kosong. Mellow banget. Tapi, memang lebih baik dia di sana dulu. Karena kondisiku lemes banget. Akan ngga maksimal kalau dia bersamaku, pada saat itu. Yang ada malah screentimenya nanti aku lamain, agar aku bisa istirahat. Kalau bersama kakek-neneknya dia bisa punya aktivitas yang lebih beragam.
Meskipun hari pertama itu aku udah ngga tahan, mewek. Minta suami untuk jemput anaknya. Ngga usah nginap. Tapi kata suami, biarin aja anaknya di sana dulu. Agar aku bisa istirahat total dan cepat pulih. Karena kasian juga anaknya, kalau bersamaku, yang ngurus diri sendiri aja belum kuat. Iya juga sih, aku pikir.
Itu jadi pecutan untuk aku agar lebih optimis dan semangat untuk sembuh. Karena meskipun badan remuk, kalau anak ngelendot sampe nimpa-nimpa dan bikin Mamanya penyet. Tetap aja, ditempeli anak itu precious moment.
Rasanya, ngga apa deh ditimpa sampe penyet. Toh, juga dia bukan melakukannya sebagai tindakan abuse. Tapi karena memang mau selalu dekat denganku sebagai Mamanya.
Tidur di perutku. Peluk-peluk sampe engap. Ngelendot gemes yang sering kali sikunya nekan lengan atau pahaku sampe ngilu.
Rasanya tuh bersalah banget. Karena suka bete kalau badan udah ngilu, karena dihujam bobotnya yang udah ngga ringan lagi itu.
Belum lagi rindu sama asem-asem kecut keringetnya lagi. Duh! Semoga kalaupun ntar sakit lagi, aku tetap kuat untuk membersamai anakku ya. Karena pisah sama anak tuh ngga enak kali.
Buk-ibuk semuanya... Sehat-sehat ya. Tetap atur pola istirahatnya. Tidur cukup. Makan enak. Haha.
Dilema Milih Sekolah
Bulan Mei kemarin juga, kami akhirnya mendaftarakan anak kami sekolah. Ada beberapa kebimbangan dan dilema yang dihadapi. Apalagi berbicara sekolah pada situasi di tengah pandemi begini. Lebih banyak yang harus disiapkan dan dipertimbangkan.
Aku cukup mudah untuk menentukan apa yang ingin aku jalani dan pilih. Tapi untuk urusan anakku, aku merasakan kalau aku sangaaaaaat hati-hati dan mikir beribi-beribu kali untuk mengambil keputusan terhadap hidupnya. Proses menimbang-nimbangnya panjaaang banget.
Yaa.. Semua itu karena aku ingin dia mendapatkan yang terbaik. Memang semuanya ngga pernah bisa sempurna seratus persen. Tapi setidaknya aku berusaha memikirikan semuanya dengan matang, beserta kosekuensinya yang Insyallah bisa aku atasi nantinya.
Naluri orangtua lah ya bok. Mau anaknya hidup damai, bahagia sentosa dan baik kualitas hidupnya. Siapa yang berani menyalahkan? LOL.
Kemarin itu kami sudah menyiapkan tiga opsi sekolah. Tapi yang pilihan ketiga ini, posisinya memang benar-benar cadangan.
Persaingan ketat berada pada sekolah A dan B. Masing-masing punya keunggulan dan kekurangan. Tapi setelah melihat-lihat sekolahnya secara langsung. Ngobrol dengan kepala sekolah dan guru. Berembuk dengan suami, akhir kita mantap memilih sekolah A.
Masalah juga muncul dalam hal pemilihan kelas. Sebenarnya, anakku itu rencananya bersekolah tahun lalu. Tapi karena pandemi, kita undur. Karena itu, aku pikir tahun ini dia udah bisa ke TK B. Ternyata berdasarkan aturan saat ini, usianya belum cukup untuk TK B. Masih harus TK A dahulu.
Lagipula, karena nanti ketika SD juga akan masuk ke Yayasan Sekolah yang sama. Usianya belum cukup untuk SD di situ, kalau dipaksakan langsung loncat ke TK B.
Akhirnya nurut aja sama aturan yang berlaku. Lagi pula aku juga menyetujui kalau usia anak mempengaruhi mental dan kesiapannya. Sekolah bukan perkara cepat-cepatan kan?
Bulan Istirahat
Seperti rentetan cerita di atas. Selain karena sakit dan sibuk ngurusin daftar sekolah anak. Kehidupan di bulan ini agak selow.
Kerjaan yang DL bulan ini, dikerjain pelan-pelan. Yang bulan depannya, ngga dicicil-cicil. Biasanya aku suka nyicil kerjaan, biar ngga keteter. Bulan ini lagi puk-puk-in diri biar ngga gitu ambi dan ngga usah lasak dulu. Haha. Lagi dikasi waktu istirahat ya nikmatin aja. Enjoy.
Bahkan kalau biasanya setiap hari ada aja to do list-nya. Akhir bulan kemarin aku biarin aja si to do list kosong untuk sementara.
Kalau biasanya sengaja diem karena ngga mood. Kali ini tuh bukan perkara mood. Malah moodnya lagi on fire banget. Ini tuh permintaan badannya yang lagi mau lenyeh-lenyeh. Ya udah deh...
Dengarkan tubuh kita.
Akhirnya Ngedrakor Lagi...
Jadi, sisa bulan Mei yang santai itu aku habiskan dengan aktivitas ringan. Selain rutinitas sebagai Ibu dan aktivitas rumahan (yang juga dibikin lebih longgar dari biasanya).
Memutuskan juga untuk kembali nonton drakor. Padahal sebelumnya aku sempat mogok dan males. Karena terakhir nonton, salah pilih drama. Agak menye-menye dan malesin. Ngga nyaman banget nontonnya.
Tapi karena dapat rekomendasi drakor yang katanya oke. Aku coba nonton. Ternyata aku suka. Hehe.
Apa itu?
Yasssss!
Because This Is My First Life.
Hahaha...
Sangking suka dan berkesannya, sampai aku tulis juga reviewnya di blog ini.
Yang mau baca, boleh ya DI SINI. Cukup panjang lebar aku bahas di situ.
--
Itu dulu deh yang bisa aku rekap untuk kehidupanku di bulan Mei. Ketemu lagi di #JurnalBulananMadamabi: Juni nanti ya.
XOXO
Madamabi___
No comments:
Post a Comment
Hai. Terimakasih sudah membaca postingan ini. Silahkan memberi komentar yang baik dan tentu saja sopan ya dear. 😘